Rindu sering memimpin malammu menjadi teman gantiku
Percayalah pada genggamannya
Selaku penjaga yang setia
Dan penggantiku saat keberadaan masih meminta untuk tetap jauh darimu
Perit menakul pada sanubari,
Saat kulihat dibawah tangisan bapabunda sendirian, ada suara anak tanpa bapabunda menjerit bertangisan.
Sepi,
Anak anak yang dikandung hingga berdarah, lalu lupa bapabundanya yang landir sendirian di rumah desa.
Anak anak yang besar sendirian tanpa sanak, bertangisan kerinduan pada bapabunda yang tak kelihatan keberadaannya.
170524
Hanahyar
Di pergelangannya: Gelang platina
Tujuh musim memain gerak. Ketika
Ia menabur roti ke padang – sedang
Gagak-gagak berebutan. Kusibak
Kilat senyumnya! Fikir jernih
Di matanya! Apakah hidup hanya
Doa. Sebelum dan sesudah
Memberi ajaran. Dunia
Yang tak selesai dendam
Perkelahian dan tingkah!
Ia mengetuk pintu ke pintu
Memberi dan meninggalkan
Tasbih – Mawar. Witir di hujung
Tangis perpisahan
Yang perlukan
Doanya!
Ia melangkah dan mengheret jubah
Mendaki dan menuruni – Doaku
Adalah untuk mereka yang takut
Gelita malam setelah bosan pada
Cerah siang. Minum, air kasih ini
Duhai manisku. Inilah doa murni
Tuhan telah meletakkan sayang
Tuhan hulurkan Cinta. Keajaiban
Yang tak perlu kau tanya!
Gagak-gagak hinggap di telapak tanganya
Roti masih ditebar. Aku cuba mencelah di
Gerak bayang jubah.
Prof. Madya. Dr. Siti Zainon Ismail
Kosi, India, Mac 1985
waktu sudah berdetik jam 1900
Lelaki tua itu ralit memerhati manusia yang lalu lalang dihadapannya
adakala posisi duduknya berubah
dari menegak hingga menyandar seperti kerusi malas
menyedut debu debu kotor ditepi jalan
dan ketawa tanpa peduli mata mata yang memerhati
dikanannya segulung kertas putih dan sebungkus plastik hitam
dikirinya pula sebuah beg galas yang ku andaikan; miliknya.
Barangkali dalam tasnya dia menyimpan tafsiran tafsiran hidup
selama hayatnya mengayuh roda takdir
Dia si tua yang mungkin sudah jemu dan basi dengan hiasan duniawi
Dia memilih mencari hidup harafiah yang sedikit manusia pernah menjejaknya.
Dia si tua yang mengendala usia,
sedang menghabisi baki-baki hidup yang masih terlakar di hikayat waktu
puisi kolaborasi bersama osmanMalek
Manusia terbahagia
manusia terbahagia itu adalah disaat
dia menukarkan keluh resahnya dengan sabar
memeluk kesedihannya dengan senyum
memaafkan disaat tidak bisa
mengalah tanpa rasa kecewa
manusia terbahagia itu adalah disaat
Tuhan memberikannya hadiah
dia menerima dengan hati yang terbuka
Ana Maryam Copyright © 2015. Design by MaiGraphicDesign