Showing posts with label Puisi. Show all posts
Showing posts with label Puisi. Show all posts

15 October 2017

Memimpin malam

Adapun ketika keberadaan kita jauh
Rindu sering memimpin malammu menjadi teman gantiku
Percayalah pada genggamannya
Selaku penjaga yang setia
Dan penggantiku saat keberadaan masih meminta untuk tetap jauh darimu

Terima Kasih

12 June 2017

Rasa sukaku pada puisi

Rasa sukaku ada pada puisi
Dan pada puisiku ada kesukaanku
Kesukaanku adalah padamu
Dan padamu adalah perasaanku
Aneh bukan?
Menyukai adalah suara terdalam dan terjauh yang paling sering aku sembunyikan
Hingga tak mampu terhidu pada siapapun termasukku
Dan menyukaimu
Puisi yang berlagu damai dimalamnya
Dan bersinar terang pada siangnya
Kedua waktu itu
Ada padamu
Pada yang sering menjadikanku suka

Terima Kasih

04 June 2017

Puisi Osman malek


Ramadhan Yang Tidak Pernah Diperlu
Tahun- kini anak kesembilanmu mengambil alih tugas abangnya. Dia kuanggapi anak kesayanganmu tak pernah gagal dan jemu.
Tapi tahukah kau anak kesayanganmu lebih banyak menyimpan walang dan pilu?
Sudah dia datang dengan serban dan jubah putih bersih. Banyak orang membalingnya dengan najis dan lumpur ketidakpedulian.
Sebelum dia sempat duduk di mimbar terawih- banyak orang telah pintanya pergi dengan lagu dan dendang syair Aidilfitri.
Wahai Tahun. Sebelum anakmu Ramadhan pulang ke rumah dan pinta Syawal kendali tadbir. Dia sudah menangis getir di hujung takbir. Sambil bersoal benarkah orang inginnya hadir.


-Osman Malek-
-04.06.17

Terima Kasih

24 May 2017

Keberadaan

Perit menakul pada sanubari,
Saat kulihat dibawah tangisan bapabunda sendirian, ada suara anak tanpa bapabunda menjerit bertangisan.
Sepi, 
Anak anak yang dikandung hingga berdarah, lalu lupa bapabundanya yang landir sendirian di rumah desa. 
Anak anak yang besar sendirian tanpa sanak, bertangisan kerinduan pada bapabunda yang tak kelihatan keberadaannya. 

170524
Hanahyar


Terima Kasih

05 May 2017

Langit mengenali pagi
peribadi lembutnya menawan hati langit
lalu cinta bertaut dan bersemi
dibalik kemerahan dan kebiruan
kabus dingin dan embun hujan
perkenalan singkat mereka ternyata tidak kekal lama
pagi yang dilihat tenang redup
membuas terik di tengahari
pagi yang tenang mulai pergi
bertukar watak menjadi mentari
panas, dingin dan marah
Langit membiar perginya pagi yang bertukar menjadi mentari
dilayan mentari seperti layanannya terhadap pagi
walau terkadang sinar mentari menyakiti langit
hingga saat sore tiba,
cinta mentari kian pudar
perlahan ditinggalnya langit sendirian
mengundur dibalik awan
Larut perlahan lahan
hingga langit menyedari
cintanya ada pada biru dan kegelapan
bukan pada setianya dia mendampingi pagi dan mentari.

170507
Hanahyar

Terima Kasih

27 April 2017

nota

Sendirianku
tengadah ke atas langit biru bercampur kelabu
ditiup kasar angin kelilingku
sekasar kisah hari ini
sekasar peristiwa yang sudahpun mati
hujan perlahan lahan luruh tanpa sadarku
perlahan juga tetesnya membasah buku notaku
aku bentangkan pandangan dihadapan
melihat manusia berlari anak mencari teduh
dan aku masih;
berdiri kaku di tengah hujan yang telahpun merimaskanku
merimaskan keadaanku
baju hitam telah lencun dimandi airmata hujan
jiwa;
lencun dimandi airmata perasaan

Terima Kasih

Doa ~ Siti Zainon Ismail

Di pergelangannya: Gelang platina
Tujuh musim memain gerak. Ketika
Ia menabur roti ke padang – sedang
Gagak-gagak berebutan. Kusibak
Kilat senyumnya! Fikir jernih
Di matanya! Apakah hidup hanya
Doa. Sebelum dan sesudah
Memberi ajaran. Dunia
Yang tak selesai dendam
Perkelahian dan tingkah!

Ia mengetuk pintu ke pintu
Memberi dan meninggalkan
Tasbih – Mawar. Witir di hujung
Tangis perpisahan
Yang perlukan
Doanya!

Ia melangkah dan mengheret jubah
Mendaki dan menuruni – Doaku
Adalah untuk mereka yang takut
Gelita malam setelah bosan pada
Cerah siang. Minum, air kasih ini
Duhai manisku. Inilah doa murni
Tuhan telah meletakkan sayang
Tuhan hulurkan Cinta. Keajaiban
Yang tak perlu kau tanya!

Gagak-gagak hinggap di telapak tanganya
Roti masih ditebar. Aku cuba mencelah di
Gerak bayang jubah.

Prof. Madya. Dr. Siti Zainon Ismail
Kosi, India, Mac 1985


Terima Kasih

10 April 2017

Si tua dan tawa


waktu sudah berdetik jam 1900
Lelaki tua itu ralit memerhati manusia yang lalu lalang dihadapannya

adakala posisi duduknya berubah
dari menegak hingga menyandar seperti kerusi malas
menyedut debu debu kotor ditepi jalan
dan ketawa tanpa peduli mata mata yang memerhati

dikanannya segulung kertas putih dan sebungkus plastik hitam
dikirinya pula sebuah beg galas yang ku andaikan; miliknya.

Barangkali dalam tasnya dia menyimpan tafsiran tafsiran hidup
selama hayatnya mengayuh roda takdir
Dia si tua yang mungkin sudah jemu dan basi dengan hiasan duniawi
Dia memilih mencari hidup harafiah yang sedikit manusia pernah menjejaknya.

Dia si tua yang mengendala usia,
sedang menghabisi baki-baki hidup yang masih terlakar di hikayat waktu

puisi kolaborasi bersama osmanMalek


Terima Kasih

27 March 2017

Manusia terbahagia

manusia terbahagia itu adalah disaat
dia menukarkan keluh resahnya dengan sabar
memeluk kesedihannya dengan senyum
memaafkan disaat tidak bisa
mengalah tanpa rasa kecewa

manusia terbahagia itu adalah disaat
Tuhan memberikannya hadiah
dia menerima dengan hati yang terbuka


Terima Kasih

Ana Maryam Copyright © 2015. Design by MaiGraphicDesign